TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - True story anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka Nasional asal Riau, anak yatim yang bercita-cita jadi polisi.
Anggota Paskibraka Nasional asal Riau itu sudah ditinggalkan bapaknya yang meninggal dunia, dan ia dibesarkan dengan susah payah oleh ibunya yang bekerja serabutan, kadang kerja di kebun karet, kadang memberi pupuk kelapa sawit, dan kadang mendodos tandan buah segar sawit.
Sungguh berat perjuangan sang ibunda anggota Paskibraka Nasional asal Riau itu, mengingat perjuangan ibunya itulah ia menguatkan tekad untuk bisa membanggakan ibunya.
Anak dari wanita pekerja serabutan kebun karet di daerah marjinal Desa Bina Baru Kampar Kiri Tengah dan juga murid SMAN 1 Kampar Kiri Tengah jadi salah satu perwakilan dari Riau yang akan ikut mengibarkan bendera pusaka di Istana Negara pada tanggal 17 Agustus 2019 mendatang.
Anak yatim tersebut bernama Muhamat Ashraf, siswa kelas 2 SMAN 1 Kampar Kiri Tengah yang bercita-cita menjadi seorang polisi.
Anak muda ini jadi perwakilan pemuda dari Riau di anggota Paskibraka Nasional HUT RI ini setelah melewati seleksi berjenjang dari tingkat kecamatan hingga nasional.
Pencapaian pemuda kelahiran tahun 2002 ini diraihnya dengan kerja keras dan keinginan untuk membahagiakan ibunya yang menjanda.
Kerja keras ini dilakukan Muhamat Ashraf sebagai balas budi bagi ibunya yang telah bersusah payah membesarkan dirinya bersama kakak dan abangnya dari kecil sendirian.
Anak muda bertinggi sekitar 170 cm ini bersama ibunya tinggal di sebuah rumah hasil bantuan renovasi rumah pemerintah Kabupaten Kampar, sebelumnya keluarga anak ini tinggal disebuah rumah kayu yang dipinjamkan oleh kakak ibunya.
Rumah kayu tersebut kondisinya antara dapur, ruang keluarga dan dapur sama sekali tiada pembatas dengan kondisi tinggi pintu dan atap yang rendah, sehingga setiap kali anaknya yang tinggi tersebut masuk kerumah perlu menundukkan kepala.
Ibu Muhamat Ashraf, Atik mengaku bangga dengan prestasi yang diraih anak bungsunya menjadi anggota Paskibraka nasional.
(Saya benar-benar tidak menyangka anak saya yang mempunyai hobi bermain voli dan menangkap ikan di sungai ini bisa meraih prestasi ini), katanya.
Atik mengaku pada awalnya tidak tahu bahwa anaknya menekuni Paskibraka.
Dirinya baru mengetahui anaknya menekuni itu setelah pada suatu hari anaknya tersebut pulang dari sekolah bercucur keringat dan muntah.
(Saat itu saya bertanya kepadanya kenapa dan anak saya menjawab habis lari dalam kegiatan ekstrakulikuler Paskibraka di sekolah,) katanya.
Atik mengaku sempat kasian dengan anaknya yang mengikuti latihan Paskibraka yang berat tersebut.
(Saya sempat ngomong ke Ashraf kalau memang kamu punya keinginan kuat dan serius di Paskibraka maka ikuti dan tekuni dengan sungguh,) katanya.
Sehari-hari Atik, ibu dari Muhamat Ashraf ini bekerja sebagai buruh pemberi pupuk kebun karet dan mendodos kebun sawit masyarakat.
Dari kerja ini Atik perharinya menerima upah sebesar Rp 75 ribu.
Dalam sebulan paling Atik hanya bekerja 15 hari saja.
Atik mengaku sempat khawatir prestasi yang dikejar anaknya tidak bisa kesampaian karena tiadanya biaya.
(Saya lega dan bersyukur kerja keras anak saya dibayar dengan terpilihnya dia sebagai perwakilan anggota Paskibraka dengan nilai murni tanpa ada peran serta uang maupun jabatan,) ucapnya.
Menurut Atik, di tengah seleksi anaknya sempat minder karena tidak memiliki sepatu khusus Paskibraka.
Demi anaknya Atik tak putus asa dengan meminjam sepatu tetangga meski kondisi tapak sepatunya sudah menganga karena dirinya tidak punya uang untuk membeli yang baru.
(Saat hendak berangkat juga Ashraf sempat minder karena gak ada tas layak untuk tempat membawa bajunya,) kata Ibunda Muhamat Ashraf.
Salah seorang warga Desa Bina Baru, Ramli mengaku mengenal Muhamat Ashraf sebagai seorang pemuda kalem yang ramah
Dia anaknya baik dan tak neko-neko.
Disekolahnya, Muhamat Ashraf dikenal sebagai murid yang baik dan penurut
(Dari segi nilai Muhamat Ashraf seperti anak-anak kebanyakan, namun di bidang Paskibraka setiap kali latihan dilakoninya dengan penuh semangat,) kata Wakil Kepala Humas SMAN 1 Kampar Kiri Tengah, Sutiman.
Ia mengaku berhasilnya Ashraf jadi perwakilan Riau di Paskibraka nasional jadi sebuah kebanggaan bagi sekolah.
(Ini jadi bukti bahwa ternyata sekolah kami yang terletak di pelosok pedalaman daerah Kampar bisa menghasilkan pelajar berprestasi dan berbakat,) katanya.
Pihak sekolah sangat mendukung prestasi dari muridnya yang satu ini.
Selama seleksi, sebagai bentuk dukungan pembimbing Paskibraka terus mendampingi Ashraf.
(Kita berharap dengan prestasi ini Ashraf bisa mengharumkan nama sekolah dan mendapat peluang lebih baik lagi dalam karirnya ke depan,) katanya.
Segenap pihak sekolah terus mendoakan kesehatan dan kebaikan buat Muhamat Ashraf dalam melaksanakan tugas sebagai anggota Paskibraka.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini